Senin, 05 Oktober 2009

ringkasan 2 lucky lukmansyah ( 41407010010 )

Hubungan Intensitas Polusi Isolator Jaringan Distribusi di Sumatera Utara
dengan Jarak Lokasi Isolator dari Pantai


Polutan yang menempel pada suatu isolator berasal dari polutan yang terdapat pada udara di Salah satu komponen utama dari jaringan distribusi tenaga listrik hantaran udara adalah isolator. Isolator berfungsi mengisolir konduktor jaringan yang bertegangan dengan tiang penyangga konduktor agar arus listrik tidak mengalir dari konduktor jaringan ke tanah. Ada beberapa hal yang dapat membuat isolator gagal melaksanakan fungsinya, salah satu di antaranya adalah peristiwa lewat-denyar. Peristiwa lewatdenyar pada suatu isolator dapat mengakibatkan terjadinya hubung singkat ke tanah dan pada akhirnya dapat menimbulkan terputusnya pengiriman energy listrik kepada konsumen. Terjadinya lewat-denyar pada suatu isolator tergantung kepada: kekuatan isolasi isolator; tegangan yang dipikul isolator; temperatur, tekanan dan kelembaban udara di sekitar isolator; dan konduktivitas polutan yang menempel pada isolator tersebut.
sekitar isolator tersebut. Polutan yang terbawa udara dapat menempel pada permukaan isolator dan berangsurangsur membentuk suatu lapisan yang tipis pada permukaan isolator. Polutan yang paling berpengaruh terhadap lewat denyar isolator adalah unsur garam. Unsur garam yang mencemari suatu isolator sebagian besar berasal dari angin laut. Angin laut dapat mengendapkan lapisan garam di permukaan isolator yang terpasang di daerah-daerah yang berdekatan dengan pantai. Lapisan garam ini bersifat konduktif terutama pada keadaan cuaca lembab, berkabut atau pada saat hujan gerimis [1]. Jika cuaca seperti ini terjadi maka akan mengalir arus bocor dari konduktor jaringan ke tanah melalui lapisan garam yang menempel di permukaan isolator dan tiang penyangga. Adanya arus bocor ini akan memicu terjadinya peluahan parsial pada permukaan isolator. Peluahan parsial ini merupakan cikal-bakal dari terjadinya peristiwa lewat-denyar pada isolator [2,3]. Oleh karena itu, dalam perencanaan isolator jaringan baru.
Kebutuhan energi listrik di Sumatera Utara disediakan oleh PT PLN (Persero) Distribusi Wilayah II
Sumatera Utara. Energi listrik didistribusikan kepada konsumen sebagian besar melalui jaringan hantaran udara 20 kV. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa salah satu komponen utama jaringan hantaran udara adalah isolator. Isolator ini terpasang pada ruang terbuka, sehingga beberapa tahun sejak pemasangannya, pada permukaan isolator menempel polutan yang bersifat permanen. Intensitas polutan pada isolator tersebut tergantung kepada tingkat pencemaran udara dan unsur polutan yang terkandung dalam udara di sekitar isolator. Tingkat pencemaran dan kandungan polutan di sekitar suatu isolator tergantung kepada sumber polutan dan jarak isolator dari sumber polutan tersebut.
Daerah Sumatera Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan lautan Hindia, maka uap air laut di selat Malaka dan lautan Hindia merupakan salah satu sumber polutan bagi isolator-isolator yang terpasang di Sumatera Utara. Di samping itu, udara di Sumatra Utara juga membawa polutan yang bersumber dari limbah industri, limbah pemukiman dan limbah perkebunan. Limbah industri dan limbah pemukiman hanya ditemukan di kota Medan dan sekitarnya. Limbah perkebunan yang dapat mencemari suatu isolator di Sumatera Utara berasal dari asap pabrik kelapa sawit dan asap pembakaran lahan perkebunan.
Telah dijelaskan bahwa isolator digunakan dalam rangka penyaluran energi listrik kepada konsumen. Oleh karena itu, populasi isolator lebih banyak di daerah pemukiman. Sedang pabrik kelapa sawit tersebar di beberapa tempat dan jauh dari pemukiman sehingga asapnya tidak mencemari banyak isolator.
Dengan demikian sumber polutan terbesar bagi isolator jaringan distribusi di Sumatera Utara adalah angin laut. Jika sumber polutan utama adalah angin laut, maka intensitas polutan yang menempel pada suatu isolator tergantung pada jarak isolator tersebut dari tepi laut.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Tingkat intensitas polusi isolator di pantai timur Sumatera Utara termasuk dalam kategori ringan.
2. Intensitas polusi isolator dapat dinyatakan berkurang secara logaritmik jika isolator semakin jauh dari pantai.
3. Dampak angin laut terhadap intensitas polusi sangat nyata hanya pada daerah-daerah yang dekat ke pantai.
4. Intensitas polusi isolator turun ± 50 % setelah jarak isolator dari pantai mencapai kurang lebih 40 km.
5. Pada jarak di antara 40–80 km dari pantai, intensitas polusi isolator hampir konstan. Artinya,
kontribusi garam yang dibawa angin laut untuk mencemari isolator tidak begitu besar lagi. Jika sumber utama polutan adalah penguapan air laut, maka ada dugaan bahwa ESDD di kawasan Pantai Timur berbeda dengan ESDD di kawasan PantaiBarat, karena baik luas laut yang berhadapan dengan kedua kawasan tersebut maupun kecepatan angin laut pada kedua kawasan itu mempunyai sifat yang berbeda. Oleh karena itu masih perlu diadakan penelitian tingkat intensitas polusi isolator di Pantai Barat Sumatera Utara.


DAFTAR PUSTAKA
[1] Vosloo W.L., Holtzhausen J.P., “Insulator
Pollution and Wetting Processes at a Severe
Coastal Site”, XIIIth International on High
Voltage Engineering, Netherlands, Rotterdam
2003
[2] P. S. Ghosh and N.Chatterjee, “Polluted Insulator
Flashover Model for AC voltage”, IEEE
Trans. on Dielectrics and Electrical Insulation,
Vol. 2, 1995, pp.128-136
[3] P. S. Ghosh and N.Chatterjee, “Arc Propagation
Over Electrolytic Surface Under Power
Frequency Voltage”, IEEE Trans. On
Dielectrics and Electrical Insulation, Vol.3, No.
4, August 1996, pp. 529-536
[4] CIGRE Working Group 33-04, “The measurement
of site pollution severity and its application
to insulator dimensioning for a.c. systems”,
Electra No. 64, 1979.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar